Permasalahan Drainase Pada Kawasan Perkotaan

Saat ini begitu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, hingga kurangnya air bersih. Berbagai permasalahan itu terjadi akibat kelalaian kita dalam menjaga lingkungan. Kini banjir sudah umum terjadi di kawasan perkotaan. Persoalan ini diakibatkan karena berbagai hal, salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dalam mengelola sistem drainase. Sistem drainase sendiri terdiri dari empat macam, yaitu sistem drainase primer, sistem drainase sekunder, sistem drainase tersier dan sistem drainase kuarter. Sistem drainase ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Sudah seharusnya bahwa fungsi drainase ini tidak dialihfungsikan atau berfungsi ganda sebagai saluran irigasi, yang kini marak terjadi. Alih fungsi ini tidak hanya menimbulkan satu permasalahan saja, tetapi nantinya akan timbul kekacauan dalam penanganan sistem drainase pula. Jenis-jenis drainase dibagi berdasarkan letak salurannya, sejarah terbentuknya, berdasarkan konstruksi, dan berdasarkan fungsinya. Permasalahan  pada saluran drainase adalah karena peningkatan jumlah penduduk, amblesan tanah, penyempitan dan pendangkalan saluran, serta sampah di saluran drainase. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyaraka dan Pemkot menyadari pentingnya fungsi saluran drainase, khususnya drainase di perkotaan, serta permasalahan yang terjadi di perkotaan.

Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase. Ini merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya. Selain itu juga dapat berupa penyaluran kelebihan air, baik air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya. Air kotor ini berasal dari suatu kawasan yang mengalir menuju bangunan resapan buatan. Sistem drainase juga dapat didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan atau air tanah dari suatu daerah baik secara gravitasi maupun dengan pompa (Sutanto 1992:199).


Jenis Drainase :
A. Menurut Letak Saluran
1. Drainase Permukaan Tanah
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah, yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.
2. Drainase Bawah Permukaan
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah karena alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain karena tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak memperbolehkan adanya saluran di permukaan tanah, seperti lapangan sepak bola, taman, dan lapangan terbang.

B. Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah
Sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia. Pada daerah yang belum berkembang, drainase terjadi secara alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak secara statis, melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar.
2. Drainase Buatan
Saluran drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk mentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.

C. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan, namun pada umumnya sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, mansory (pasangan batu).
2. Saluran Tertutup
Saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Sistem drainase ini baik untuk diterapkan di daerah perkotaan, terutama dengan tingkat penduduk yang tinggi.

D. Menurut Fungsi
1. Single Purpose
Saluran yang berfungsi untuk mengalirkan satu jenis air buangan saja.
2. Multi Purpose
Saluran yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
Contoh kasus : ( Sukoharjo, 25 Desember 2015 )




Permasalahan Drainase Perkotaan
1.      Peningkatan debit
Perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit banjir. Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan saluran drainase dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadi genangan. (Suripin 2004:226)
2.      Peningkatan jumlah penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, merupakan akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahan infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik cair maupun padat. (Suripin 2004:226)
3. Amblesan tanah
Amblesan tanah terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada di bawah muka air laut pasang. Akibatnya sistem drainase gravitasi terganggu dan tidak dapat bekerja tanpa pompa. (Suripin 2004:226)
3.      Penyempitan dan pandangkalan saluran
Penyempitan saluran drainase dipengaruhi oleh faktor peningkatan jumlah penduduk (Suryokusumo 2008:81). Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mengakibatkan berkurangnya lahan untuk saluran drainase. Banyak pemukiman yang didirikan di atas saluran drainase sehingga aliran drainase menjadi tersumbat. Sampah penduduk pun juga tidak jarang dijumpai di aliran drainase, terutama di perkotaan. Hal ini karena kesadaran penduduk yang rendah terhadap kebersihan lingkungannya
4.      Limbah sampah dan pasang surut
Saluran drainase di perkotaan kadang memilliki fungsi ganda, yaitu sebagai saluran drainase itu sendiri dan sebagai saluran irigasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah tersendiri. Hal lain yang juga sering menjadi permasalahan pengelolaan infrastruktur ini adalah berkaitan dengan perbedaan sistem, dimensi, dan konstruksi drainase.

Beberapa contoh perbedaan terkait pengelolaaan drainase seperti yang dijelaskan oleh Suryokusumo (2008:81-82) adalah sistem drainase di wilayah hulu mempunyai sistem tertutup, sedangkan di wilayah hilir dengan sistem terbuka. Sementara itu, konstruksi drainase bersifat permanen sedangkan saluran irigasi bersifat teknis. Contoh lain yang lebih ekstrem adalah sistem drainase di wilayah hulu memliki dimensi yang besar, sedangkan di wilayah hulu dimensinya justu kecil, akibatnya muncul genangan dan luapan air dari jaringan drainase yang ada. Crossing utilitas atau yang sering disebut tumpang tindih merupakan permasalahan tersendiri bagi sektor drainase dengan utilitas lain seperti pipa air minum, pipa air limbah, dan kabel telekomunikasi. Arah saluran yang menuju sungai juga bisa menjadi masalah tersendiri karena jika tidak terkendali justru akan menjadi masalah baru bagi daerah yang secara geografis wilayahnya berada di bawah. Penambahan debit air sungai dari drainase akan berakibat munculnya banjir di wilayah hilir.
Banjir merupakan permasalahan yang paling sering dijumpai di kota-kota besar. Menurut Suripin (2004:10) akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat. Pertumbuhan penduduk di atas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak-acakan. Hal inilah yang menyebabkan persoalan drainase perkotaan menjadi sangat kompleks. Selain itu permasalahan-permasalahan tersebut juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi kota.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainase di perkotaan adalah lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain (Suripin 2004:12). Akibatnya sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase, dan pipa air bersih. Seringkali penggalian saluran drainase tidak sengaja merusak prasarana yang sudah ada atau yang ditanam dalam tanah. Biasanya kesalahan ini terjadi karena tidak adanya informasi yang akurat, dokumen yang tidak ada, atau perencanaan pematokan di lapangan tidak melibatkan instalasi pengendali tata ruang.

Penanganan Drainase Perkotaan
1-Mengadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
  -Membuat bak kontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak terjadi endapan
  -Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan, terutama membuang sampah sembarangan, agar masyarakat mengetahui pentingnya manfaat saluran drainase
  -Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungan
  -Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas
6-Membuat saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan
7-Perbaikan dan normalisasi saluran drainase, serta mengembalikan fungsi drainase yang sesungguhnya
8-Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan untuk menampung air hujan yang berlebih
9-Penambahan untuk pengadaan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai resapan air hujan, khususnya di perkotaan

Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu meningkatnya kualitas kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan daerah pemukiman dan perkotaan. Namun dengan adanya manfaat dari drainase, terdapat pula beberapa masalah yang timbul. Permasalahan drainase di perkotaan yang tidak kunjung usai mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan di perkotaan. Banjir pun kini sering terjadi. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi hampir di seluruh kota di Indonesia kini mengalami permasalahan yang sama. Tersumbatnya saluran drainase oleh sampah penduduk serta penyempitan saluran drainase merupakan faktor utama penyebab banjir. Kesadaran masyarakat yang rendah, tidak akan memperbaiki keadaan perkotaan yang semrawut. Permasalahan drainase membutuhkan penanganan yang serius. Sudah seharusnya Pemkot dan masyarakat memperhatikan permasalahan ini.

Comments

Popular Posts